Saturday, October 22, 2005

Takut dan Malu Mengatakan Maaf

Tulisan ini sebenarnya adalah komentar saya di Febdian.net yang berjudul "Maafkan saya, karena saya benar...". Adapun komentar yang saya tulis adalah sebagai berikut:
Untuk mengakui sebuah kesalahan memang sangat terasa berat di hati, apalagi harus mengeluarkan perkataan maaf. Seperti yang Tuan Febdian katakan di masa-masa kecil kita sering terpaksa mengaku kesalahan tapi dengan berbagai berdalih, hati kita pun ingin mengatakan, “Maafkan saya, karena saya benar…” Setelah dewasa pun terkadang perangai kita masih juga begitu.
Menurut saya, seringnya seseorang meminta maaf tapi dengan dalih-dalih itu terkait dengan perlakuan orang tua terhadap anaknya. Contohnya begini, namanya juga anak-anak sering cuai, tanpa sengaja sering melakukan kesalahan. Lagi asik-asiknya main petak umpet di dalam rumah, tiba-tiba tersenggol vas bunga kesayangan mama. Muncullah suara keras, “Amiii….., kamu apakan vas bunga mama, hah?? Tau gak, kamu? Harganya itu mahal. Mama nyarinya sampai keliling dunia.” Waah, suara mama saja udah cukup bikin si anak ketakutan. Gimana mau minta maaf apalagi mengaku salah.
Besoknya lagi giliran kertas kerja papa, tak sengaja ketumpahan air. Padahal 7 hari 7 malam papa lembur untuk menyiapkannya. Tapi berhubung tidak ada yang melihat, didiamin aja. Ntar kalau ngaku, bukan dapat pujian karena jujur tapi malah dapat hardikan. Kalaupun akhirnya ketahuan setidaknya anak sudah mempersiapkan dalih yang bisa memperkecil kesalahan, misalnya dengan alasan, “Saya salah, pa. Tapi si manis, kucing kesayangan papa yang nyenggol gelas di meja kerja papa.
Jadi, supaya prilaku anak bila dewasa nanti selalu ringan meminta maaf dan mengakui kesalahannya, sejak kecil jangan “dipaksakan” untuk mengakui kesalahan dengan menambahkan alasan ini-itu. Nah, inilah tugas orang tua. Bisa apa tidak, ikhlas memaafkan kesalahan anak sekalipun barang kesayangan, atau kertas kerja yang sangat penting menjadi rusak.
Menurut saya lagi, merasa diri lebih dari orang lain bisa membuat kita susah mengakui kesalahan dan meminta maaf. Dan itu akan terasa berat lagi jika kesalahan itu dilakukan kepada orang yang ilmu, usia, pangkat, dan kedudukannya lebih rendah dari kita. Seperti yang saya alami beberapa bulan yang lalu saat saya berada diantara keluarga seorang ustadz. Pak ustadz mengatakan ia akan menunaikan ibadah haji dan membawa anaknya si A. Anaknya si B merasa kecewa karena dia yang rajin sholat tidak dibawa oleh sang ayah.
Saya sudah sangat dekat dengan keluarga pak ustadz, sudah seperti keluarga sendiri. Jadi saya memberanikan diri untuk bertanya kepada Pak Ustadz, “Kenapa si A, Pak Ustadz? Rukun kedua belum dikerjakan masa mau mengerjakan rukun kelima?” Pertanyaan ini saya ajukan dengan penuh hati-hati. Anaknya si B pun ikutan ngomong, “Iya, Pa. Pasti ibadahnya gak akan diterima Allah, gak pernah sholat sih…”
“Lha, kenapa tidak? Siapa bilang begitu? Terima-tidaknya ibadah kita itu adalah urusan Allah, kita gak tau itu.” Jawab Pak Ustadz membenarkan keputusan yang sudah dia buat itu.
Saya sedikit kecewa dengan jawaban Pak Ustadz itu, terus saya berkata, “Maaf nih, Pak Ustadz. Saya ini bukanlah orang yang berilmu tinggi, apalagi bila dibandingkan dengan Ustadz. Kata orang-orang pandai, entah benar atau salah, amal ibadah kita akan sia-sia jika tidak mengerjakan sholat.”
Sejenak Pak Ustadz terdiam, mungkin memikirkan kalimat yang saya ucapkan itu. Tiba-tiba ustadz berkata, “Saya akan suruh si A sholat.” Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut ustadz selanjutnya diam. Padahal saya mengharapkan ada kalimat lain yaitu, “Iya, kamu benar anak muda. Maaf atas kesilapan saya.” Hehehehe… saya terlalu banyak berharap ya?
Ternyata seorang ustadz bisa saja melakukan kesalahan. Tapi, jika sudah salah tidak sanggup mengakui kesalahannya. Ya, itu tadi, karena merasa lebih. Jadi, malu mengakui kesalahannya. Terlalu berfikir selalu benar, merasa lebih berilmu dan lebih dalam segala hal.
Ramadhan ini, rasanya saat yang tepat untuk memperbaiki diri.

No comments:

PeTuaH

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan