Monday, November 26, 2007

Menaruh Harapan

Akhirnya berlabuh juga saya disini, setelah sekian lama tidak tidak berbuat satu apapun di blog ini No cuthat. No-tulisan. Cuma sesekali saya membalas komentar yang diposting beberapa pengunjung blog ini.

Entah apa yang merasuk hati ini, sehingga menimbulkan rasa malas untuk melakukan kegiatan menulis. Ada beberapa tulisan setengah jadi masih menggantung di buku coretan bagaikan buaya yang tidak berdosa (istilah bagi sesuatu yang dicuekin atau diterlantarkan).

Hari ini, tiba-tiba muncul dorongan untuk menulis lagi. Mudah-mudahan ini jadi permulaan untuk saya menghasilkan coretan-coretan di blog ini. Meskipun demikian, hari ini saya belum berani posting sebuah tulisan (Hehehe...).

Rencana ke depan saya ingin menyelesaikan tulisan-tulisan saya yang seperti buaya tidak berdosa tadi, diantaranya tulisan yang berjudul Waktu adalah Amal, dan Funbike. Kemudian saya juga ingin menuliskan tentang misi saya membantu mencarikan keluarga dan teman yang sudah terpisah sejak lama. Itulah sebagian dari harapan saya.

Bercakap-cakap tentang harapan, ada sebuah lagu lama dari negeri Malaysia yang dibawakan oleh Zaitun Samiun, beberapa hari ini terus bermain di kepala n sometimes saya menyenandungkannya dengan suara yang tidak indah. Judul lagunya Menaruh Harapan. Mungkin terlalu banyak harapan saya yang tidak kesampaian sehingga otak saya membangunkan ingatan saya terhadap lagu lama itu.

Menaruh Harapan

Sepanjang perjalanan ini
Lembah dan jurang kulewati
Ketenangan yang kucari
Belum kutemui

Ku menghimpun do'a bertahun
Mencari pepohonan rimbun
Bertemu dahan yang rapuh
Tempatku berteduh

Dulu masih sendiri,
kini masih sendiri
Hadapi hidup ini
Susah senang hidupku
Tiada tempatku mengadu
Seperti burung kepatahan sayap
Dihati kecil kumenaruh harapan

Selagi hidup belum sudah
Aku akan terus melangkah
Ku yakin rahmat buatku
Di hadapan menunggu..


I love this song ;)

Monday, September 24, 2007

Buka Puasa Bersama

Canda dan tawa, sesekali serius memenuhi suasana acara buka bersama hari Minggu kemarin. Pokoknya super heboh, karena yang masaknya adalah saya dan teman-teman yang tidak memiliki pengalaman memasak untuk event hehehehehe...

Tapi kami semua yakin bisa melakukannya. Mudahan-mudahan pengalaman ini dapat memberikan pembelajaran dan hikmah kepada kami semua.

















































































Sunday, July 29, 2007

Menikah atau Single?

Satu pertanyaan, mana sih yang enak, hidup berumahtangga alias menikah atau single?

Mereka yang single lebih cenderung menjawab pertanyaan di atas dengan memilih lebih enak hidup berumah tangga. Maklumlah, yang masih single punya “hasrat” yang tidak bisa disalurkan secara halal. Apalagi yang mempunyai idaman kalbu dan sedang mabuk cinta, hasratnya yang menggebu terkekang dengan norma-norma yang mengikat, kecuali bagi mereka yang tidak menghiraukan segala norma yang berlaku.

Saya pikir, teman-teman saya yang menikah dan memiliki rumah tangga, mereka adalah orang yang paling beruntung dibandingkan dengan saya. Namun semuanya ternyata tidak seperti yang saya bayangkan.

Dua hari yang lalu seorang teman dekat curhat kepada saya. Betapa ia merindukan kehidupannya ketika masih single. Ia bisa bebas melakukan apa yang ia suka, jalan bareng teman-teman, ngerumpi, dan hura-hura tanpa harus mikir anak dan suami. Pengakuan yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang tetangga saya yang baru saja menikah beberapa bulan yang lalu dengan seorang pria yang ia kenal di internet.

Aneh memang, dahulu saat belum menikah, ketika masih pacaran, mereka menggebu-gebu ingin menikah dengan mengatasnamakan cinta. Tapi setelah menikah, mereka malah merindukan masa-masa di kehidupan singlenya dan merasa bosan dengan berumahtangga.

Kengerian bisa saja singgah dipikiran kita yang belum menikah, bila mendengar pengakuan seperti di atas. Benarkah kehidupan berumah tangga itu akan membuat kita merasa bosan? Padahal pernikahan pada umumnya didasari oleh rasa saling mencintai lho.

Kebanyakkan dari kita, menikah itu dikarenakan indahnya masa-masa pacaran, saat berduaan, bermesraan. Dan semua keinginan yang hanya dilakukan dengan sang pujaan hati. Menurut saya, kesalahan pada niat itulah yang membuat mereka menjadi bosan dengan hidup berumah tangga.
Nah, harusnya kita bertanya pada diri kita sendiri, apakah niat dan tujuan kita menikah?

Mungkin kita lupa bahwa menikah itu hanya mengharapkan ridho dari Allah. Atau memang kita yang tidak berniat seperti itu. Seandainya niat kita menikah semata-mata mengharapkan ridho Allah kita tidak akan merasa bosan dan menyesal telah berumah tangga.

Mana yang lebih baik menikah atau single? Jawabannya adalah menikah, karena pintu-pintu surga bagi seorang perempuan berada disekitar lingkungan keluarganya dengan merawat dan mengasuh anak serta melayani sang suami.



Thursday, July 26, 2007

MERDEKA


"DENGAN SEMANGAT PERSATUAN DAN ETOS KERJA, KITA PERCEPAT PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN UNTUK MEWUJUDKAN KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN BAGI RAKYAT INDONESIA"


Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Nah, itu tuh tema dan logo HUT RI ke 62. Temanya keren banget, mudah-mudahan membuat semangat masyarakat yang miskin. Yah, semoga aja 17 nanti masyarakat Indonesia gak miskin atau jadi kaya semua hehehehehe.....

Kemarin, seorang teman meminta kepada saya untuk dibuatkan puisi 17-an yang rada error dan konyol. Untuk apa, saya sendiri gak tau. Mungkin aja buat ditempelin di dinding kamarnya.
Sayapun menyanggupinya, puisi dadakan itu saya buat malam harinya, saya coret diselembar kertas, lima menit jadi deh.

Nah, esoknya, bekas coretan itu masih tergeletak di maje kerja saya, ada beberapa orang yang membacanya dan mereka semuanya pada ketawa membaca coretan puisi itu. "Siapa yang bikin?" tanya salah seorang pelanggan saya. Saya cuma bisa cengar cengir. Malu deeeehhh.....

Eh, mungkin ada yang penasaran puisi yang saya bikin itu. Baca aja di bawah ini.

Aku Belum Merdeka

Merdekaaa!
Aku dapat pakaian dari lomba panjat pinang

Merdekaaa!
Aku dapat makan dari lomba makan kerupuk

Merdekaaa!
Aku dapat handuk untuk lap keringat dari lomba tarik tambang

Merdekaaa!
Aku dapat memenangkan semua lomba

Merdekaaa!
Aku kenyang, aku senang, aku menang

Tapi aku merasa masih belum merdeka
Karena aku belum mendapatkan jodoh


Sunday, July 01, 2007

Liburan

Liburan sekolah, pasti hari yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak. Selain terbebas dari segala rutinitas dan tugas sekolah, waktu liburan adalah saat mereka bisa melakukan segala aktifitas yang mereka senangi. Misalnya bermain, nonton film cartoon di TV, bermain play station, dan jalan-jalan ke luar kota, untuk yang satu ini tentu saja akan mengeluarkan biaya yang cukup besar.



Anak-anak di Selatpanjang mengisi liburan mereka dengan berenang. Kegiatan tersebut tidak mereka lakukan di kolam renang, namun di laut ataupun di sungai. Sebagian orang berpendapatan kegiatan tersebut sangat membahayakan anak-anak. Namun ada pula orang tua yang berpendapat lain, mereka lebih suka mengizinkan anak-anak mereka berenang di laut atau sungai karena hal tersebut bernilai positif sebagai latihan untuk anak.

Yang terpenting, apapun kegiatan anak di hari libur ini, sebaiknya orang tua selalu mendampingi mereka dalam mengisi hari-hari libur. Jadikan hari libur ini adalah kesempatan untuk meningkatkan atau mendekatkan hubungan antara anggota keluarga agar tumbuh rasa kasih sayang. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan selamat menikmati hari libur.




Saturday, June 23, 2007

Menunggu? Cape' Deh!


Menunggu lama pasti pekerjaan yang membosankan. Ditambah lagi bila yang ditunggu tidak muncul, pasti akan menambah kekesalan hati. Inilah yang saya alami tadi malam, saya dan dia membuat janji untuk makan malam bersama.

Beberapa menit sebelum jam 7 malam saya sudah siap-siap berangkat ke tempat yang sudah dijanjikan. Untuk memastikan janji yang telah dibuat saya pun sms kepada teman saya itu, dan seperti kesepakatan sebelumnya, makan malam tetap dilaksanakan. Tiba di tempat yang dijanjikan saya kembali sms, mengatakan kalau saya sudah sampai di tempat yang dijanjikan. Saya menerima balasan sms darinya yang mengatakan bahwa ia akan tiba disana tidak lama lagi.

Sambil menunggu, saya memesan minuman favorit saya, sirup rasa melon. Waktu terus berjalan, menit, 20 menit, 30 menit tidak ada tanda-tanda kalau teman saya itu datang. Dalam penantian yang membosankan itu, saya bertemu dengan seorang teman yang lainnya yang kebetulan ingin makan malam disana. Lalu saya ajak duduk satu meja dengan saya. Lumayan untuk menghilangkan rasa bosan saya. Tapi tidak cukup menghilangkan rasa kesal di hati saya.

Satu jam lebih saya duduk disana. Namun yang ditunggu tidak juga muncul. Akhirnya saya harus pulang dengan perasaan yang sangat amat kesal. Sampai di rumah, teman saya itu baru menelpon dan mengatakan dia tidak dapat datang karena sesuatu hal. Saya bisa mengerti alasannya, tapi saya sudah terlanjur kesal karena menunggu terlalu lama. Andai saja ia membatalkan janjinya sebelumnya mungkin saya tidak akan kesal karena menunggu lama.

Seperti yang sudah yang katakan, menunggu memang pekerjaan membosankan. Dan saya yakin, semua orang pasti pernah mengalaminya, Misalnya menunggu antrian yang panjang, ataupun seperti kejadian yang saya alami di atas.

Nah, supaya tidak bosan bila kita dalam situasi menunggu, ada beberapa kiat untuk menghilangkan kejenuhan saat menunggu.

1. Jangan abaikan keadaan sekeliling kita.
Sering kali saat menunggu kita terfokus pada objek yang kita tunggu tersebut, sehingga kita mengabaikan apa yang ada disekeliling kita. Bila ada orang lain di sekitar kita, pasti dicuekin. Ngobrol dengan orang yang berada disekitar kita pasti akan menghilangkan rasa kejenuhan, ataupun menikmati alam yang berada disekitar. Misalnya kita bisa melihat anak-anak bermain, melihat bunga-bunga yang mnekar itupun kalau menunggunya di taman.

2. Membaca
Ini juga salah satu yang bisa membuat kita menghilangkan rasa jenuh, setidaknya kita jadi lupa bahwa kita sudah menunggu terlalu lama. Tentu saja bacaannya haruslah yang benar-benar menarik perhatian kita. Kalau bacaan yang membosankan tentu saja akan menambah kejenuhan. Saya sarankan dari anda sudah membawa bacaan dari rumah sebelum berada dalam situasi menunggu.

3. Mendengar Musik
Musik memang mampu menentramkan jiwa. Apalagi musik yang didengar adalah musik favorit kita. Mungkin tidak akan masalah kalau kita berada di tempat memang ada fasilitas musiknya. Tapi bila ditempat yang tidak ada musiknya, pasti kita akan kebingungan, untuk itu bawalah mp3 player bersama. Bila anda memiliki telephone genggam yang punya fasilitas mp3 player dan fasilitas radio, anda bisa manfaatkannya untuk menghilangkan rasa jenuh.

4. Layari internet
Untuk yang satu ini, anda harus memiliki paling tidak smart phone yang mampu melayari internet. Dengan mengakses internet anda bisa chatting bersama teman-teman di internet ataupun melayari situs-situs internet. Saya jamin pasti bosannya hilang

Gimana tips di atas? Apakah memang ampuh menghilangkan rasa bosan saat menunggu? Atau barangkali anda punya kiat-kiat yang lainnya, saya akan merasa senang sekali bila anda mau berbagi kiat untuk menghilangkan rasa bosan bila sedang menunggu.

Monday, April 02, 2007

Lagi-lagi H2O

Sebelum ini saya pernah menulis sebuah kisah tentang H. Oemar yang lugu dan lucu. Barang kali ada yang belum membacanya. Nah,bagi yang belum membacanya, silakan baca kisahnya yang berjudul H2O Beriak Tanda Tak Dalam.

Kali ini saya punya kisah H. Oemar lainnya yang menceritakan H2O yang baru saja berhijrah ke perkotaan. Saat sholat di mesjid ia selalu saya disuruh pindah oleh jama’ah masjid. Perlakuan itu membuat H2O marah dan kesal. Bagaimanakah sikap H2O menghadapi masalah tersebut? bisa agar dia tidak digusur dan bagaimanakah reaksi jemaah melihat ulah H2O? Simak saja cerita di bawah ini.

H2O punya kebiasaan menunaikan sholat lima waktu berjama’ah di mesjid. Karena, dengan melakukan sholat berjamaah ia mengharapkan pahala yang lebih. Dan sudah menjadi kebiasaannya di kampung, datang lebih awal agar mendapatkan tempat sholat di saf paling depan. Sekali lagi ia mengharapkan pahala yang lebih dari perbuatannya itu.

Pada hari pertama, H2O bergegas menuju masjid untuk menunaikan sholat Dhuzur. Ketika itu hanya ada beberapa orang saja yang berada dalam masjid tersebut, dan di saf paling depan masih terlihat kosong. H2O langsung mengambil saf depan untuk melakukan sholat tahiyatul masjid. Namun, saat H2O hendak memulai sholatnya, datang seseorang yang menepuk bahunya dengan pelan.

“Pakcik, Pakcik! Maaf, ya! Ini tempat saya,” kata orang tersebut membuat H2O menghentikan sholatnya. H2O langsung pindah ke samping dan melanjutkan sholatnya yang tertunda. Selesai sholat, datang lagi jama’ah yang lain, meminta H2O pindah, sama seperti jama’ah sebelumnya. Tapi kali ini H2O tidak diam saja, ia mencoba bertahan. “Haih?! Saya dulu yang datang, sayalah yang lebih berhak atas tempat ini.”

“Tapi ini adalah tempat sholat saya, Pakcik. Setiap sholat di sinilah tempat saya. Kalau tak percaya, Pakcik tanyalah dengan jama’ah lain!” ujar jamaah tersebut yang tetap bersikeras ingin mengambil tempat yang telah ditempati H2O. Padahal masih banyak tempat yang kosong.

“Benar, Pakcik. Tempat itu memang kepunyaannya.” Bela seorang jama’ah yang berada di sebelah H2O, yaitu orang yang meminta H2O pindah sebelumnya.

“Baiklah, baiklah,” Ujar H2O sedikit kesal dan memaksanya untuk mencari tempat yang lain. Lagi pula masih banyak saf depan yang kosong. Tapi lagi-lagi H2O harus kecewa karena setiap tempat yang ia tempati selalu ada yang mengaku sebagai pemiliknya.

Hari kedua dan ketiga, kejadian sama dialami H2O, digusur oleh jama’ah yang mengaku sebagai tuan dari tempat yang telah ia duduki. Lama-kelamaan H2O jadi hafal dengan tempat-tempat yang sudah bertuan. Akhirnya dapatlah ia tempat di saf pertama yang dalam beberapa waktu terakhir tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya.

Hari keempat, bertepatan dengan hari Jum’at, H2O datang lebih awal dari biasanya. Ia khawatir saat sholat Jum’at nanti tempat yang ia miliki akan ditempati orang lain jika ia datang terlambat. Setelah mengerjakan sholat sunat, duduklah H2O diam di tempat biasanya. Namun, tiba-tiba datang seorang pemuda yang bernama Rahman menghampiri H2O. Menyadari hal itu, H2O berpikir pasti pemuda ini akan mengaku sebagai pemilik tempat yang sedang ia duduki.

“Eit, no way! Saya tidak akan memberikan tempat ini kepadamu, anak muda.” Ucap H2O sebelum sempat pemuda itu berbicara.

Rahman hanya tersenyum dan berkata, “Saya bukan mau mengambil tempat Pakcik. Saya hanya mau kasi tau, bahwa pada hari Jum’at tempat ini akan diisi oleh tuannya. Sebelum Pakcik digusur, lebih baik Pakcik pindah ke tempat lain saja.”

Rahman sudah beberapa hari memperhatikan H2O yang sering digusur oleh jama’ah lain, dan ia hanya menyuruh H2O pindah sebelum digusur kembali. Namun sayangnya, H2O tidak memperdulikan saran Rahman itu. Selang beberapa menit datanglah orang yang dimaksud.

“Jadi, ini tempat awak?” tanya H2O kepada orang itu agak kesal. Dan orang itu pun menjawab, “Iya, ini tempat saya setiap kali sholat Jum’at.” H2O pun mundur teratur dengan wajah kesal, lalu ia pindah di saf kedua yang masih kosong, meskipun di saf depan masih banyak kosong tapi ia tau bahwa tempat-tempat itu sudah ada pemiliknya.

Sebelum ia duduk, H2O bertanya kepada jama’ah yang di saf depan, “Apakah tempat ini sudah ada yang punya?” Pertanyaan H2O dijawab dengan gelengan kepala sejumlah jama’ah yang berada di sekitar H2O, yang berarti tempat yang dimaksud tidak bertuan. H2O langsung duduk dengan hati senang sambil menanti pelaksanaan sholat Jum’at.

Masjid mulai di penuhi jema'ah yang ingin melakukan sholat jum'at, beberapa saat menjelang khutbah dimulai, serombongan pejabat masuk ke masjid, beberapa jama'ah pun menyalami pejabat yang kebetulan lewat di depan mereka. Para jama'ah yang berada di saf depan begitu melihat rombongan pejabat tadi langsung berdiri dan sedikit membungkung menyalami para pejabat itu, dan mempersilahkan pejabat tersebut duduk di saf depan yang sudah mereka tempati.

Melihat kejadian itu H2O tersenyum mengejek, karena orang-orang yang telah menggusurnya, kini tergusur oleh para pejabat. “Rasakan”, gunam H2O.

Tiba-tiba, salah seorang jama’ah yang tergusur tersebut menghampiri H2O dan berkata, “Pakcik pindah ke belakang sajalah! Sebab saya pengurus di masjid ini, saya harus dekat dengan pejabat-pejabat itu.”

“Wah, sedap saja. Tadi saya sudah bertanya dan tempat ini tidak ada yang punya. Kenapa saya harus pindah lagi?” jawab H2O agak keras sehingga membuat orang-orang melihat ke arahnya, menatap dengan mata tajam seolah menyuruh ia pindah. H2O menjadi salah tingkah dan tak kuasa bertekak dengan orang itu. H2O pun terpaksa mengalah dan pindah ke saf di belakang.

Dan ternyata H2O duduk di sebelah Rahman yang mencoba mengingatkannya tadi. Malu bercampur kesal menyelubungi hati H2O, apalagi Rahman bersama temannya tertawa kecil seolah mengejek dirinya. Al hasil selama pelaksanaan sholat jum’at H2O tidak bisa khusuk dalam beribadah, pulang pun wajah masih terlihat marah dan geram terhadap orang-orang dimesjid tadi.

Seminggu telah berlalu, dalam kurun waktu itu H2O tidak ke di mesjid, ia berfikir dan berusaha keras bagaimana supaya ia tidak digusur saat sholat di mesjid. Pernah terpikir olehnya untuk menukar saf di mesjid itu dengan harta kekayaannya. Tapi ia sadar bahwa tempat ibadah tidak boleh diperdagangkan. Kemudian muncullah satu ide yang menurutnya cemerlang dan benar.

Untuk menjalankan idenye itu H2O datang paling awal ke mesjid sebelum jema’ah lain datang. Begitu sampai di mesjid H2O segera mengeluarkan barang-barang sengaja dibawanya dari dalam tas. Satu persatu diletakkannya di setiap tempat yang sesuai. Setelah selesai melakukan pekerjaannya, H2O duduk di tempatnya.

Satu persatu jema’ah berdatangan ke mesjid, dan mereka terkejut, terheran-heran dan kebingungan melihat keadaan di dalam mesjid. Seketika suasana di dalam mesjid pun menjadi riuh, mereka saling bertanya antara satu sama lain tentang keadaan dalam mesjid tersebut.

Apakah yang sudah dilakukan H2O?
Ternyata H2O telah meletakkan papan tanda yang bertuliskan nama jam’ah di setiap tempat sholat mesjid tersebut. Untuk tempat yang udah bertuan, tertulis jelas nama pemiliknya, sedangkan untuk yang belum bertuan, papan tanda namnya dibiarkan kosong, agar bisa ditulis siapa saja yang mengingingkannya.

Sementara orang-orang lagi bingung melihat papan tanda nama itu, H2O duduk menatap tanda namanya sambil tersenyum-senyum sendiri petanda ia puas dengan apa yang telah ia lakukan. Dengan tanda nama yang sudah diletakkan pada tempatnya masing-masing, tidak mungkin ada jama’ah yang akan terambil tempat orang lain, dan tidak akan terjadi penggusuran seperti yang sudah terjadi pada dirinya.

Rahman yang baru saja tiba di mesjid pun ikut kebingungan melihat keadaan mesjid itu, apalagi dilihatnya ada papan nama bertuliskan namanya yang berada persis disebelah H2O. Rahman yang lagi kebingungan itu pun bertanya kepada H2O, “Apa ni, Pakcik?”

“Dah gaharu, cendana pula. Ini papan tanda nama, supaya tak digusur.” Jawab H2O seadanya. Rahman pun mengerti dengan semua itu. Ia tertawa pelan dan berkata, “Hehehe… macam kuburan saja, pakai tanda segala.”

Keadaan mesjid yang riuh karena adanya papan tanda nama tersebut, seketika menjadi tenang ketika khutbah akan dimulai. Selesai pelaksanaan sholat Jum’at, melalui pengeras suara salah seorang pengurus masjid meminta kepada orang yang telah meletakkan papan tanda nama tersebut untuk kehadapan mempertanggungjawabkan perbuatannya. H2O yang merupakan pelaku semua itu maju kehadapan dengan tanpa merasa bersalah.

“Sudah saya duga, pasti ini perbuatan Pakcik!” Cetus salah seorang pengurus masjid tatkala H2O berada dihadapan para pengurus masjid. “Baiklah, Pakcik. Kami mohon Pakcik singkirkan semua papan nama yang berada di masjid ini!” Perintah salah seorang pengurus masjid lainnya.

“Hmm…” desah H2O tanpa memberi jawaban apapun.

“Baiklah. Kalau Pakcik keberatan, kami yang akan menyingkirkan semuanya,” ucap salah seorang pengurus masjid dengan kesal.

“O, tak masalah. Itu lebih baik. Dengan begitu saya bisa sholat dimana saja saya suka.” Ucap H2O sambil berlalu meninggalkan para pengurus masjid yang kebingungan dan geram dengan sikap H2O itu.***

Kisah perebutan pahala –dengan cara mendapatkan tempat sholat di saf depan– menang benar-benar terjadi di Selatpanjang. Memang aneh sikap orang-orang pada kisah di atas. Kita sudah tidak heran mendengar cerita manusia saling berebut harta dan jabatan, tetapi perebutan pahala dan amal seperti kisah di atas, mungkin tak pernah hampir di telinga kita.

Tidak masalah jika kita saling berlomba-lomba untuk berbuat amal dan mendapatkan pahala, tapi bila itu akan membuat orang lain dirugikan dan melukai perasaannya, ini bukanlah sesuatu yang sehat. Apalagi dilakukan di dalam masjid yang merupakan tempat beribadah bagi siapa saja. Mungkin mereka yang berbuat demikian lupa bahwa Islam adalah agama yang tidak mengajarkan umatnya berkasta-kasta. Siapa saja – baik itu yang miskin, kaya, pejabat, bahkan pemulung – boleh sholat di saf depan.

Friday, March 09, 2007

Bila Kasih Tak Sampai

Ada banyak kisah cinta di dunia ini yang penuh haru-biru. Sebut saja kisah Rama-Shinta, Romeo and Juliet, atau cerita Kais dan Laila, yang semuanya menceritakan lika-liku perjalanan cinta dengan penuh derai air mata.

Kisah kasih seperti pada cerita-cerita seperti di atas mungkin saja pernah terjadi dalam kehidupan kita dengan alur dan setting yang berbeda. Ada duka, ada suka, ada yang perjalanan cintanya mulus, ada pula yang tersandung berbagai masalah dan tak sedikit pula kisah cintanya bertepuk sebelah tangan.

Seorang teman bercerita kepada saya tentang kisah cintanya. Kesederhanaan seorang gadis telah mampu memikat hatinya. Namun perasaan cintanya kepada sang gadis tak terucapkan, hanya terpendam di relung hatinya.

Waktu terus berlalu, dan sang gadis dilamar orang. Penyesalan dan kesedihan pun datang disaat pujaan hatinya sudah bersanding bersama orang lain. Jika ia mampu mengungkapkannya sejak dulu, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Begitulah penyesalan teman saya tersebut. Pembaca mungkin juga punya pendapat yang sama.

Tapi menurut saya, cepat atau lambat dalam mengungkapkan perasaan tidak akan merubah jalan hidup yang sudah ditetapkan. Yang penting adalah bagaimana kita menyikapi atas keputusan takdir itu. Mungkin kisah saya ini akan memberikan gambaran yang jelas.

Dulu pernah saya mengagumi seorang pemuda. Tidak seperti teman saya tadi, saya tidak memendamkan perasaan saya, perasaan hati saya utarakan langsung kepada pemuda itu. Tapi sayang, cinta saya bertepuk sebelah tangan. Namun, saya tidak berputus asa. Saya terus menaruh harapan untuk bisa mendapatkan hatinya. Do’a tak henti dipanjatkan dan pendekatan dengannya terus dilakukan.

Tiba-tiba saya mendengar kabar yang mengejutkan, pemuda yang saya kagumi akan menikah dengan gadis pujaan hatinya. Hati saya hancur, segala usaha menjadi sia-sia. Lalu saya protes kepada Allah. Kenapa do’a saya tidak dikabulkan? Padahal sholat selalu saya kerjakan tepat diawal waktu, zikir selalu mengiringi do’a yang dipanjatkan, bahkan tahajud pun saya lakukan. Tapi kenapa Allah tidak mengabulkan do’a saya? Mana janjiMu yang akan mengabulkan setiap do’a-do’a dari hambaMu? Begitulah ungkapan kekecewaan saya pada Allah.

Namun, ketika itu juga saya disadarkan oleh suara dalam hati saya sendiri, yang mengatakan, sesungguhnya saya tidak berhak menuntut apa-apa, saya tidak berhak atas pemuda itu, bahkan saya tidak berhak atas diri saya sendiri. Karena semua itu adalah milik Allah, Dialah yang berkuasa dan menentukan pendamping hidup buat pemuda itu. Akhirnya, derai air mata kecewa pun berubah penyesalan yang dalam atas dosa saya kepada Allah.

Kegagalan cinta – ketika cinta bertepuk sebelah tangan, bila kasih tak sampai terhalang restu, terpisah oleh waktu dan lainnya – sedikitnya pasti menimbulkan kekecewaan di hati. Tidak sedikit pula kita lihat orang yang frustasi karena kasihnya tak sampai. Lantas, kita pun menyalahkan keadaan atas kegagalan itu. Teman saya menyalahkan dirinya yang terlambat mengungkapkan perasaannya kepada sang gadis pujaan, dan saya pernah menyalahkan Allah karena merasa tidak adil. Kita pun akan menyalahkan orang tua apabila mereka tidak memberi restu, menyalahkan kemiskinan ketika sang pujaan hati lebih memilih orang yang bermateri, menyalahkan takdir ketika ajal menjemput kekasih hati, menyalahkan orang lain yang telah berhasil merebut pujaan hati, menyesali pertemuan yang pernah terjadi an lain sebagainya.

Keadaan seperti itu bisa saja membuat kita hilang kendali dan akhirnya menempuh jalan yang salah – nge-drug, pergi ke dukun, membunuh orang, bahkan melakukan bunuh diri – untuk menghapus duka dan kecewa ataupun untuk membalas sakit hati.

Seberat apapun penderitaan dan sehebat apapun kesedihan yang melukai hati kita – sebagai akibat dari kegagalan cinta – marilah kita maknai sebagai bagian dari keputusan yang Maha Kuasa, sebagai skenario dari Allah.

Bagi saya, kegagalan cinta – bila kasih tak sampai – membuat saya mengerti makna cinta sejati. Untuk siapakah sebenarnya cinta sejati itu atau siapakah yang lebih pantas untuk dicintai? Hanya Allah yang pantas kita cintai.

Namun bila saya menyukai seseorang, akan saya berikan kasih sayang atau cinta saya kepadanya sebagai cinta karena kasih sayang, yang telah Allah tanamkan ke dalam hati saya. Bukan cinta disamping cinta kepada Allah. Dengan begini, insya Allah, saya tidak akan merasa kecewa bila gagal dalam cinta atau bila kasih tak sampai.


Tuesday, March 06, 2007

Helicopter Jadi Tontonan Anak-anak

(Sisi Lain Kunjungan Rusli Zainal Ke Selatpanjang)





Kunjungan Rusli Zainal sebagai ketua DPD GOLKAR Riau dalam rangka pemberian 1000 sembako kepada masyarakat miskin Selatpanjang, pada hari Minggu, 2 Maret 2007 kemarin, ternyata memberikan hiburan tersendiri bagi masyarakat Selatpanjang, terutama bagi anak-anak.

Bagaimana tidak, 2 buah helicopter – kendaraan yang membawa Rusli Zainal berserta rombongan – menjadi tontonan gratis bagi masyarakat Selatpanjang. Pasalnya, kendaraan ini tergolong sangat langka dan jarang sekali mendarat di kota Selatpanjang.

Sebagian besar masyarakat Selatpanjang berduyun-duyun datang ke lapangan Gelora – tempat helicopter mendarat – bukan sekedar untuk menyambut kedatangan orang nomor satu di Riau tersebut, tapi tujuan utama mereka adalah untuk melihat langsung helicopter yang menerbangkan Rusli Zainal beserta rombongan.

Saat helicopter tersebut mendarat dan rombongan Rusli Zainal meninggalkan lapangan Gelora, masyarakat – terutama dari golongan anak-anak – langsung mengerumuni pesawat helicopter tersebut. Bahkan, Ada beberapa pengunjung yang sengaja membawa kamera untuk berfoto di helicopter, ada pula yang mengambil foto dengan menggunakan handphone.

Selama ini anak-anak Selatpanjang melihat helicopter hanya di layar kaca saja. Tapi kali ini mereka punya kesempatan melihat helicopter yang sesungguhnya. Tentu saja dengan kehadiran dua buah helicopter ini merupakan suatu moment penting bagi anak-anak. Oleh karena itu, kesempatan ini digunakan para orang tua untuk mengabadikannya dengan mengambil gambar anak-anak mereka dengan helicopter tersebut.

Hal ini didukung pula dengan sikap dari petugas keamaan yang berjaga disekitar area helicopter tersebut, memberikan izin kepada anak-anak untuk melihat helicopter secara dekat. Begitu pula dengan pilot-pilotnya yang ramah mau diajak foto bersama dengan anak-anak.

Menurut saya, hal ini sangat positif sekali. Mudah-mudahan di masa mendatang pembesar negeri Riau lebih sering berkunjung ke Selatpanjang – tidak berkunjung mejelang musim Pilkada saja – agar anak-anak bisa mendapatkan hiburan yang serupa. Lebih dari itu, saya juga mengharapkan ini tidak hanya sebatas menjadi tontonan, tapi harusnya bisa dijadikan sebagai informasi pendidikan buat anak-anak. Tentu saja apabila pilotnya mau menjelaskan bagaimana kerja dari pesawat yang mirip hewan capung tersebut bisa terbang tinggi.

Friday, February 16, 2007

Jangan Cemari Perjuangan Meranti

Ini adalah sambungan dari tulisan saya sebelumnya yaitu Kampanye Kabupaten Meranti Hanya Diramaikan Spanduk. Tulisan kali ini tentu saja masih seputar pembentukan Kabupaten Meranti.

Saat saya menuliskan tulisan ini, beberapa tokoh Meranti dari Selatpanjang sedang berada di Jakarta guna mendesak DPR, DPD, dan pemerintah pusat untuk segera merealisasikan pembentukan Kabupaten Meranti.

Dari informasi yang saya dapat, keberangkatan perwakilan Meranti tersebut disponsori oleh salah seorang calon bupati yang kalah dalam Pilkada Kabupaten Bengkalis tahun 2005 lalu. Herannya, tokoh tersebut bukan berasal dari Selatpanjang maupun Meranti. Tentu ini akan menimbulkan pertanyaan, ada apa dibalik semua ini? Mungkinkah ada unsur balas dendam?

Bila dugaan itu benar, sangat disayangkan perjuangan Kabupaten Meranti yang dilaungkan sejak tahun 1958 dikotori dengan niat balas dendam politik oleh orang yang hanya memanfaatkan situasi demi kepentingan pribadinya. Seharusnya perjuangan Meranti benar-benar murni perjuangan seluruh masyarakat di kepulauan Meranti, bukan atas desakan dari orang luar yang hanya ingin melampiaskan dendamnya semata.

Masyarakat Selatpanjang atau Meranti boleh saja kecewa dengan Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Selama itu Pemkab terkesan lebih mementingkan pembangunan di kota Bengkalis. Sedangkan daerah-daerah kecamatan lain hanya merasakan sedikit pembangunan. Sebut saja pembangunan pelabuhan internasional yang dibangun di kota Bengkalis, tak banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat, terutama masyarakat di luar kota Bengkalis, dan tak banyak pula turis yang singgah. Padahal masyarakat Meranti lebih memerlukan jalan penghubung antar desa, rumah sakit, dan listrik di daerah mereka. Tidak meratanya pembangunan ini, lebih-lebih dirasakan oleh Kecamatan Merbau, meskipun Merbau adalah salah satu daerah penghasil minyak bumi di Kabupaten Bengkalis.

Meskipun demikian, pemekaran atau pembentukan kabupaten harus disikapi dengan arif, bijaksana dan penuh perhitungan. Bukan disikapi dengan gegabah apalagi dicemari dengan dendam politik. Alangkah baiknya jika Selatpanjang atau Kepulauan Meranti membenahi segala infrastruktur yang belum tersedia. Dan mendesak Pemkab Bengkalis untuk segera melaksanakan pembangunan infrastruktur di desa-desa yang masih jauh tertinggal. Tentu saja ini memerlukan waktu yang cukup lama, namun jika seluruh komponen masyarakat Meranti punya niat untuk membangun daerahnya, dalam waktu 5 tahun segala cita-cita pembentukan kabupaten akan terwujud.

Saya khawatir jika pembentukan kabupaten Meranti dilaksanakan dalam waktu dekat ini, akan menyesengsarakan masyarakat. Perubahan status wilayah dari kecamatan menjadi kabupaten tentu saja akan membuat tarif pajak dan retribusi akan naik, belum lagi ulah pengusaha yang seenaknya menaikkan harga barang. Apakah masyarakat sudah siap menerima ini?

Dan yang lebih penting lagi masalah listrik di Selatpanjang yang hidup enggan, mati pun segan. Listrik di Selatpanjang yang disuplai oleh PLN dan BUMD Kabupaten Bengkalis sedang mengalami masalah kerusakan mesin yang menyebabkan pemadaman. PLN pun tidak mampu mengatasi masalah tersebut dan hanya menunggu bantuan Pemkab Bengkalis. Bagaimana jika nantinya Selatpanjang lepas dari Kabupaten Bengkalis? Apakah serta merta masalah listrik di Selatpanjang langsung teratasi?

Saya heran, mengapa semua tokoh pejuang pembentukan Kabupaten Meranti – terutama yang berasal dari Selatpanjang – terlalu sibuk menghitung jumlah PAD dari kabupaten Meranti, tapi mereka sekalipun tak pernah menghitung kerugian dan penderitaan masyarakat akibat dari kelangkaan minyak tanah, naiknya harga beras dan pemadaman listrik. Anehnya lagi, mereka malah sibuk bagi-bagi jabatan di kabupaten Meranti nantinya, menunjuk si A sebagai bupati, si B kacab dinas ini dan itu. Sangat disayangkan, perjuangan Meranti tidak lagi memikirkan kesejahteraan masyarakat, tapi hanya untuk kepuasan mendapat jabatan dan kekuasaan.

Saya setuju dengan pembentukan kabupaten Meranti, tapi jangan cemari perjuangan ini dengan balas dendam dan ketamakan untuk mendapatkan kekuasaan.
Menurut saya, mencari solusi untuk mengatasi berbagai krisis yang sedang melanda negeri Selatpanjang, itulah yang lebih utama harus diperjuangkan.

Friday, February 09, 2007

Selatpanjang Terancam Flu Burung

Mungkin ini akan menjadi informasi bagi teman-teman sekampung dan setanah air yang sekarang lagi berada di perantauan. Selatpanjang, kampung halaman kita yang tercinta dinyatakan positif flu burung. Setelah dilakukan pemeriksaan pada ayam milik salah satu masyarakat Selatpanjang yang berada daerah Rintis, Desa Banglas Barat. Dari pemeriksaan tersebut dinyatakan positif flu burung.

Pemerintah setempat sudah mengeluarkan perintah larangan pemeliharaan unggas dan meminta masyarakat yang memelihara unggas untuk segera memusnahkan peliharaan mereka untuk menghindari penyebaran penyakit flu burung.
Namun, pemerintah setempat tidak menyatakan hal yang sama terhadap penangkaran burung walet yang marak didirikan di kota Selatpanjang. Dan tidak ada pernyataan resmi dari Pemerintah bahwa burung walet terbebas dari flu burung. Hal ini tentu saja membuat khawatir masyarakat Selatpanjang yang pada umumnya mereka tinggal di kelilingi oleh sarang burung walet.

Akankah masyarakat aman dari flu burung bila sarang-sarang burung walet yang menghiasi kota Selatpanjang tidak ikut dimusnahkan? Ini menjadi pertanyaan seluruh masyarakat Selatpanjang dan semoga Pemerintah setempat mampu memberikan jawaban.

Friday, January 26, 2007

Kampanye Kabupaten Meranti Hanya Diramaikan Spanduk

"MERANTI YESS! BENGKALIS NO!"

Itulah salah satu tulisan yang berada di sebuah spanduk yang digelar dibeberapa sudut kota Selatpanjang. Memang, akhir-akhir ini kota Selatpanjang diramaikan dengan berbagai spanduk yang mendukung pembentukan Kabupaten Meranti. Hampir di setiap ruas jalan terpasang spanduk mendukung Meranti, pujian kepada SBY dan JK – Presiden telah mengeluarkan Ampres tentang pembentukan Kabupaten Meranti – dan ada juga spanduk yang mencela Kabupaten Bengkalis. Benarkah dukungan masyarakat Selatpanjang seramai spanduk yang digelar?

Pada tanggal 23 s/d 25 Januari 2007 di Taman Cik Puan (Tugu), pendukung Meranti mengadakan kampanye. Sebelumnya sudah tersiar kabar bahwa pendukung Meranti akan melakukan demo dengan massa berjumlah ± 2 ribu orang di Taman Cik Puan yang berada di jalan Merdeka. Tapi kenyataannya, tidak sampai 300 orang yang ikut melakukan aksi demo maupun menyaksikan kampanye dari pinggir-pinggir jalan yang mengelilingi taman Cik Puan. Dan saya tidak tau pasti apakah yang datang menonton adalah pendukung Meranti. Namun, ketika salah seorang tokoh Meranti yang sedang melakukan orasi di pentas, meminta agar pendukung Meranti untuk maju ke tengah taman, hanya beberapa orang saja yang maju ke tengah taman, kurang dari 150 orang.

Sedangkan di sisi Taman Cik Puan terbentang kain putih untuk mengumpulkan tanda tangan masyarakat yang mendukung terbentuknya Kabupaten Meranti, juga tidak berhasil mengumpulkan ribuan tanda tangan masyarakat. Dari hasil pengamatan saya, jumlah tanda tangan yang terkumpul tidak lebih dari 500 tanda tangan.

Ironis memang, sementara tim sukses Meranti berjuang keras mencari dukungan masyarakat yang diperkirakan biaya untuk kampanye selama 3 hari tersebut - dengan menyewa orgen tunggal dan mesin diesel, pembuatan spanduk, dan lainnya - memakan biaya belasan juta rupiah, namun dukungan masyarakat Meranti tidaklah optimal.

Kalaupun ada sebagian Koran-koran yang memberitakan adanya ribuan massa yang mendatangi Taman Cik Puan untuk memberikan dukungan kepada Meranti, itu terjadi pada tanggal 25 Januari 2007. Bertepatan dengan pelaksanaan pawai takruf sebagai pembukaan MTQ se Kecamatan Tebing Tinggi yang diadakan tak jauh dari Taman Cik Puan yaitu di depan jalan Merdeka (di depan kolam). Mungkin peserta pawai yang ribuan inilah yang kemudian dikatakan dalam pemberitaan sejumlah koran sebagai pendukung Meranti yang berjumlah ribuan.

Jadi, benarkah pembentukan Meranti adalah aspirasi rakyat? Sangat sulit untuk mengatakan iya atau pun tidak. Karena tidak ada angka-angka yang pasti untuk memastikannya, karena selama ini tidak pernah diadakan jajak pendapat kepada masyarakat yang berada di kepulauan Meranti. Namun, jika dilihat dari sedikitnya jumlah masyarakat yang ikut partisipasi dalam kampanye kemarin, dan kita jadikan sebagai barometer aspirasi masyarakat, maka bisa dikatakan bahwa masyarakat tidak mendukung Meranti.

Saya khawatir pembentukan Meranti ini hanya dimanfaatkan untuk kepentingan politik semata. Maklumlah, tak lama lagi akan ada pemilihan gubernur di Prov. Riau. Suaai….??


Haruskah Pemekaran?

Pemisahan diri dari Kabupaten Bengkalis, membentuk kabupaten baru yaitu Meranti, telah lama dicita-citakan oleh sekelompok masyarakat Meranti. Cukup beralasan memang, jika pemisahan dari Kab. Bengkalis dikarenakan tidak adanya pemerataan pembangunan. Selama ini hanya kota Bengkalis yang mendapat perhatian lebih Pemkab. Sedangkan daerah Meranti kurang mendapat perhatian.

Kalau itu yang dipermasalahkan, pemekaran bukanlah jalan penyelesaiannya. Meranti punya calon-calon rakyat yang telah duduk di DPRD Kab. Bengkalis dari hasil Pemilu. Harusnya, ketidakpuasan masyarakat terhadap Pemkab dapat disampaikan oleh DPRD. Bukankah mereka dipilih untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Kalau, dalam RAPBD ditemukan pembangunan yang tidak adil dan merata, harusnya DPRD tidak mengesahkannya.

Saya setuju, banyak proyek mubazir yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Namun kesalahan tersebut tidak bisa bulat-bulat dilemparkan kepada pemerintah kabupaten. DPRD yang mengesahkan RAPBD harus ikut bertanggung jawab karena setiap program pembangunan Pemkab melalui APBD disahkan oleh mereka. Benarkah anggota DPRD Kabupaten Bengkalis wakil dari Meranti sudah menyampaikan aspirasi masyarakat bahwa tidak ada pemerataan pembangunan? Anehnya, pembentukan Meranti didukung pula oleh beberapa partai politik.

Bersambung....

Pujian yang Membuat Aku Malu

Banyak orang menyangka saya adalah lulusan S1. Penilaian itu berdasarkan prilaku saya sehari-hari. Seorang remaja SMA menilai dari banyaknya tumpukkan buku yang menghiasi meja kerja saya. Menurutnya, yang suka membaca buku itu kebanyakkannya dari golongan mahasiswa atau guru. Ada juga yang menilai dari karya tulis yang sering saya kirimkan di situs internet. Teman-teman saya, menilai dari kemampuan saya menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang sering mereka titipkan kepada saya. Pujian pun selalu mereka berikan kepada saya.

Padahal, masuk ke kampus saja, saya tidak pernah, apalagi mengikuti perkuliahan. Ada pula yang menduga saya adalah seorang guru. Bahkan lebih dari itu, saya pernah dibilang sebagai seorang dosen. Bukan tanggung-tanggung pujian itu. Benar-benar saya jadi malu. Meskipun apa yang mereka lakukan itu adalah sebuah pujian, tapi bagi saya itu adalah ejekan yang begitu membuat diri saya malu dan muak.

Tahun 2005 saya menulis 1 buah skripsi. Desember 2006 kemarin saya menyelesaikan dua buah skripsi. Januari 2007, 1 buah skripsi saya selesaikan, total semuanya adalah 4 buah skripsi. Tapi semua itu skripsi milik orang lain yang ingin mendapat gelar Sarjana. Yang bikin saya malu adalah skripsi itu diterima oleh Dosen pembimbing, tanpa mendapat banyak coretan.

Perang batin berkecamuk di hati. Saya menerima imbalan atas skripsi yang telah saya kerjakan. Tapi batin saya kadang-kadang berontak dan membenci apa yang saya lakukan itu. Ini adalah sebuah kesalahan, saya telah menipu para Dosen, saya telah menipu bangsa, dan yang lebih memalukan, saya telah mengantarkan orang yang tidak pantas untuk mendapatkan gelar kesarjanaan.

Saya mencoba bercermin dari kesalahan yang telah saya lakukan ini. Kenapa saya tidak mewujudkan anggapan-anggapan yang tinggi dari orang-orang tentang saya? Kenapa saya tidak kuliah saja? Kenapa saya tidak berusaha menjadi seorang pendidik? Mampukah saya mewujudkan itu semua?

PeTuaH

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan