Friday, March 09, 2007

Bila Kasih Tak Sampai

Ada banyak kisah cinta di dunia ini yang penuh haru-biru. Sebut saja kisah Rama-Shinta, Romeo and Juliet, atau cerita Kais dan Laila, yang semuanya menceritakan lika-liku perjalanan cinta dengan penuh derai air mata.

Kisah kasih seperti pada cerita-cerita seperti di atas mungkin saja pernah terjadi dalam kehidupan kita dengan alur dan setting yang berbeda. Ada duka, ada suka, ada yang perjalanan cintanya mulus, ada pula yang tersandung berbagai masalah dan tak sedikit pula kisah cintanya bertepuk sebelah tangan.

Seorang teman bercerita kepada saya tentang kisah cintanya. Kesederhanaan seorang gadis telah mampu memikat hatinya. Namun perasaan cintanya kepada sang gadis tak terucapkan, hanya terpendam di relung hatinya.

Waktu terus berlalu, dan sang gadis dilamar orang. Penyesalan dan kesedihan pun datang disaat pujaan hatinya sudah bersanding bersama orang lain. Jika ia mampu mengungkapkannya sejak dulu, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Begitulah penyesalan teman saya tersebut. Pembaca mungkin juga punya pendapat yang sama.

Tapi menurut saya, cepat atau lambat dalam mengungkapkan perasaan tidak akan merubah jalan hidup yang sudah ditetapkan. Yang penting adalah bagaimana kita menyikapi atas keputusan takdir itu. Mungkin kisah saya ini akan memberikan gambaran yang jelas.

Dulu pernah saya mengagumi seorang pemuda. Tidak seperti teman saya tadi, saya tidak memendamkan perasaan saya, perasaan hati saya utarakan langsung kepada pemuda itu. Tapi sayang, cinta saya bertepuk sebelah tangan. Namun, saya tidak berputus asa. Saya terus menaruh harapan untuk bisa mendapatkan hatinya. Do’a tak henti dipanjatkan dan pendekatan dengannya terus dilakukan.

Tiba-tiba saya mendengar kabar yang mengejutkan, pemuda yang saya kagumi akan menikah dengan gadis pujaan hatinya. Hati saya hancur, segala usaha menjadi sia-sia. Lalu saya protes kepada Allah. Kenapa do’a saya tidak dikabulkan? Padahal sholat selalu saya kerjakan tepat diawal waktu, zikir selalu mengiringi do’a yang dipanjatkan, bahkan tahajud pun saya lakukan. Tapi kenapa Allah tidak mengabulkan do’a saya? Mana janjiMu yang akan mengabulkan setiap do’a-do’a dari hambaMu? Begitulah ungkapan kekecewaan saya pada Allah.

Namun, ketika itu juga saya disadarkan oleh suara dalam hati saya sendiri, yang mengatakan, sesungguhnya saya tidak berhak menuntut apa-apa, saya tidak berhak atas pemuda itu, bahkan saya tidak berhak atas diri saya sendiri. Karena semua itu adalah milik Allah, Dialah yang berkuasa dan menentukan pendamping hidup buat pemuda itu. Akhirnya, derai air mata kecewa pun berubah penyesalan yang dalam atas dosa saya kepada Allah.

Kegagalan cinta – ketika cinta bertepuk sebelah tangan, bila kasih tak sampai terhalang restu, terpisah oleh waktu dan lainnya – sedikitnya pasti menimbulkan kekecewaan di hati. Tidak sedikit pula kita lihat orang yang frustasi karena kasihnya tak sampai. Lantas, kita pun menyalahkan keadaan atas kegagalan itu. Teman saya menyalahkan dirinya yang terlambat mengungkapkan perasaannya kepada sang gadis pujaan, dan saya pernah menyalahkan Allah karena merasa tidak adil. Kita pun akan menyalahkan orang tua apabila mereka tidak memberi restu, menyalahkan kemiskinan ketika sang pujaan hati lebih memilih orang yang bermateri, menyalahkan takdir ketika ajal menjemput kekasih hati, menyalahkan orang lain yang telah berhasil merebut pujaan hati, menyesali pertemuan yang pernah terjadi an lain sebagainya.

Keadaan seperti itu bisa saja membuat kita hilang kendali dan akhirnya menempuh jalan yang salah – nge-drug, pergi ke dukun, membunuh orang, bahkan melakukan bunuh diri – untuk menghapus duka dan kecewa ataupun untuk membalas sakit hati.

Seberat apapun penderitaan dan sehebat apapun kesedihan yang melukai hati kita – sebagai akibat dari kegagalan cinta – marilah kita maknai sebagai bagian dari keputusan yang Maha Kuasa, sebagai skenario dari Allah.

Bagi saya, kegagalan cinta – bila kasih tak sampai – membuat saya mengerti makna cinta sejati. Untuk siapakah sebenarnya cinta sejati itu atau siapakah yang lebih pantas untuk dicintai? Hanya Allah yang pantas kita cintai.

Namun bila saya menyukai seseorang, akan saya berikan kasih sayang atau cinta saya kepadanya sebagai cinta karena kasih sayang, yang telah Allah tanamkan ke dalam hati saya. Bukan cinta disamping cinta kepada Allah. Dengan begini, insya Allah, saya tidak akan merasa kecewa bila gagal dalam cinta atau bila kasih tak sampai.


Tuesday, March 06, 2007

Helicopter Jadi Tontonan Anak-anak

(Sisi Lain Kunjungan Rusli Zainal Ke Selatpanjang)





Kunjungan Rusli Zainal sebagai ketua DPD GOLKAR Riau dalam rangka pemberian 1000 sembako kepada masyarakat miskin Selatpanjang, pada hari Minggu, 2 Maret 2007 kemarin, ternyata memberikan hiburan tersendiri bagi masyarakat Selatpanjang, terutama bagi anak-anak.

Bagaimana tidak, 2 buah helicopter – kendaraan yang membawa Rusli Zainal berserta rombongan – menjadi tontonan gratis bagi masyarakat Selatpanjang. Pasalnya, kendaraan ini tergolong sangat langka dan jarang sekali mendarat di kota Selatpanjang.

Sebagian besar masyarakat Selatpanjang berduyun-duyun datang ke lapangan Gelora – tempat helicopter mendarat – bukan sekedar untuk menyambut kedatangan orang nomor satu di Riau tersebut, tapi tujuan utama mereka adalah untuk melihat langsung helicopter yang menerbangkan Rusli Zainal beserta rombongan.

Saat helicopter tersebut mendarat dan rombongan Rusli Zainal meninggalkan lapangan Gelora, masyarakat – terutama dari golongan anak-anak – langsung mengerumuni pesawat helicopter tersebut. Bahkan, Ada beberapa pengunjung yang sengaja membawa kamera untuk berfoto di helicopter, ada pula yang mengambil foto dengan menggunakan handphone.

Selama ini anak-anak Selatpanjang melihat helicopter hanya di layar kaca saja. Tapi kali ini mereka punya kesempatan melihat helicopter yang sesungguhnya. Tentu saja dengan kehadiran dua buah helicopter ini merupakan suatu moment penting bagi anak-anak. Oleh karena itu, kesempatan ini digunakan para orang tua untuk mengabadikannya dengan mengambil gambar anak-anak mereka dengan helicopter tersebut.

Hal ini didukung pula dengan sikap dari petugas keamaan yang berjaga disekitar area helicopter tersebut, memberikan izin kepada anak-anak untuk melihat helicopter secara dekat. Begitu pula dengan pilot-pilotnya yang ramah mau diajak foto bersama dengan anak-anak.

Menurut saya, hal ini sangat positif sekali. Mudah-mudahan di masa mendatang pembesar negeri Riau lebih sering berkunjung ke Selatpanjang – tidak berkunjung mejelang musim Pilkada saja – agar anak-anak bisa mendapatkan hiburan yang serupa. Lebih dari itu, saya juga mengharapkan ini tidak hanya sebatas menjadi tontonan, tapi harusnya bisa dijadikan sebagai informasi pendidikan buat anak-anak. Tentu saja apabila pilotnya mau menjelaskan bagaimana kerja dari pesawat yang mirip hewan capung tersebut bisa terbang tinggi.

PeTuaH

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan