Selatpanjang Gelap Gulite
Entah berapa lama saya tidak bisa on line dan menulis di blog ini, padahal keinginan untuk menulis sangat besar sekali. Ada yang menghalangi keinginan saya. Keadaan listrik di Selatpanjang yang sering bolak-balik hidup-mati. Bahkan terjadi pemadaman listrik total selama 8 hari (rencana awal, untung saja hanya 4 hari).
Bagi masyarakat Selatpanjang, ini bukanlah masalah yang baru, pemadaman listrik ini sudah sering terjadi, bahkan jauh sebelum saya lahir. Dua tahun yang lalu masih lumayan, Pemda meringankan masalah ini dengan menambah mesin listrik di Selatpanjang. Hasilnya tidak ada lagi pemadaman listrik di Selatpanjang. Tapi cuma bertahan selama satu tahun, setelah itu balik-balik harus gelap-gelapan karena mesin listriknya rusak. Niat baik tanpa disertai dengan kualitas yang baik, begitulah jadinya.
Mungkin masyarakat Selatpanjang lagi di uji, masalah putusnya BBM di Selatpanjang belum teratasi, timbul masalah baru, terpaksa gelap-gelapan di malam hari. Umat Islam pun tidak bisa maksimal melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan. Saya sendiri merasakan, malam hari atau subuh tidak bisa tadarus. Masjid-masjid terpaksa menggunakan lilin atau pelita sebagai penerang jema’ah yang sholat, baik itu sholat wajib maupun sholat tarawih. Lumayan masjid atau pun rumah yang memiliki mesin listrik pribadi, masih bisa merasakan terangnya cahaya. Namun, bukan berarti mereka tidak menemukan masalah, mereka terpaksa dihadapkan dengan masalah minyak yang sulit didapat dan harga yang mahal.
BBM putus, listrik putus, apa-apa semuenye jadi putus. Nak tau ape lagi yang langka di Selatpanjang? karena mati lampu terus pelite dan lilinpun jadi langka. Abis tu orang-orang berebut beli arang buat masak, akibatnya arang pun jadi langka. Hmm... kate Bujang lapuk, "Co...ba...an..."
Bagi masyarakat Selatpanjang, ini bukanlah masalah yang baru, pemadaman listrik ini sudah sering terjadi, bahkan jauh sebelum saya lahir. Dua tahun yang lalu masih lumayan, Pemda meringankan masalah ini dengan menambah mesin listrik di Selatpanjang. Hasilnya tidak ada lagi pemadaman listrik di Selatpanjang. Tapi cuma bertahan selama satu tahun, setelah itu balik-balik harus gelap-gelapan karena mesin listriknya rusak. Niat baik tanpa disertai dengan kualitas yang baik, begitulah jadinya.
Mungkin masyarakat Selatpanjang lagi di uji, masalah putusnya BBM di Selatpanjang belum teratasi, timbul masalah baru, terpaksa gelap-gelapan di malam hari. Umat Islam pun tidak bisa maksimal melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan. Saya sendiri merasakan, malam hari atau subuh tidak bisa tadarus. Masjid-masjid terpaksa menggunakan lilin atau pelita sebagai penerang jema’ah yang sholat, baik itu sholat wajib maupun sholat tarawih. Lumayan masjid atau pun rumah yang memiliki mesin listrik pribadi, masih bisa merasakan terangnya cahaya. Namun, bukan berarti mereka tidak menemukan masalah, mereka terpaksa dihadapkan dengan masalah minyak yang sulit didapat dan harga yang mahal.
BBM putus, listrik putus, apa-apa semuenye jadi putus. Nak tau ape lagi yang langka di Selatpanjang? karena mati lampu terus pelite dan lilinpun jadi langka. Abis tu orang-orang berebut beli arang buat masak, akibatnya arang pun jadi langka. Hmm... kate Bujang lapuk, "Co...ba...an..."
2 comments:
Segala sesuatu selalu dimulai dari awal. Menyeberang jalan dimulai dari tepi. Kitapun tak langsung berlari, namun merangkak dulu sebelum berjalan.
Begitu juga menulis. Siti dilebihkan bakat olehNya untuk menyampaikan isi hati dan kepala dalam rangkaian kata-kata. Siti tak hanya pandai menulis, tapi juga berpantun. Saya senang dah kenal Siti, lebih daripada itu bangga sudah pernah memuat tulisan-tulisan apik Siti.
"Ikatlah ilmu dengan menulis," kata Ali bin Abi Thalib. Selamat berkarya.
Ass'kum Kak Siti,, udah ga gelap lagi sekarang?
Mmm... Nyasar dan.... Boleh dong silaturrahmi. Selatpanjangnya dimana?
Post a Comment