Friday, December 19, 2008

Kalau Orix Bisa, Kenapa Manusia Tidak?


Hari ini Kabupaten Meranti di sahkan oleh DPR, satu babak baru dimulai menentukan masa depan kota Selatpanjang selanjutnya. Mudah-mudahan ini juga menjadi babak baru untuk memperbaiki lingkungan Selatpanjang dan sekitarnya.

Sebuah pemandangan terekam di mata saya tadi pagi saat menunggu pengereh (nelayan) menjualkan hasil tangkapan mereka di pasar tradisional yang terletak di pinggir laut jalan A. Yani ujung. Ratusan sampah botol-botol plastik dari sebuah minuman yang bermerk sama mengapung di Selat Air hitam. Sepertinya sampah-sampah tersebut sengaja di buang dari kedai-kedai minuman yang ada di Selatpanjang.

Sampah botol-botol plasti yang mengapung tersebut mengingatkan saya pada sebuah film komedi asal negeri jiran Malaysia yang berjudul Duyung. Film yang menceritakan tentang Jimmy dan bersama seekor Beruk (orang hutan) peliharaannya yang bernama Orix, berjuang membersihkan laut. Dengan harapan jika laut bersih maka mereka bisa bertemu dengan ikan Duyung. Apa yang dilakukan Jimmy ini mendapat cemoohan penduduk desanya dan menganggap Jimmy gila, setiap hari kerjanya hanya memungut sampah yang tidak berharga di lautan.

SAMPAH, potret kehidupan yang sesungguhnya terjadi hampir seluruh penjuru dunia ini, yang berpengaruh langsung pada habitat air dan secara tidak langsung mengancam kelangsungan hidup manusia sendiri.

Mungkin aku hanya sebagian kecil dari manusia yang peduli terhadap lingkungan, yang hanya bisa mengungkapkan isi hati dan berceloteh di blog ini tanpa melakukan tindakan yang nyata. Itulah kenyataan pahitnya aku hanya bisa memandang sampah-sampah itu, hanya banyak cakap, more talk no action. Aku merasakan betapa kecilnya telapak tangan ini sehingga tidak bisa meraih, betapa pendeknya kaki ini hingga sulit melangkah untu berbuat sesuatu menjaga lingkungan ini.

Masalah besar mengancam lingkungan Selatpanjang lainnya adalah penebangan hutan bakau yang masih saja marak, meskipun sudah ada pelarangan dari Pemerintah untuk tidak melakukan penebangan hutan bakau. Namun larangan tak pernah digubris oleh masyarakat, entah itu penebangnya, pemilik panglong arang, pengusaha teki (cerocok), dan cukong yang mengekspor bakau ke Malaysia.

Penebangan liar bakau ini sudah sering di expose oleh wartawan di media cetak. Namun jarang ditanggapi oleh Pemerintah, terutama dari pihak Kehutanan. Dengan dalih stock opname beberapa pengusaha panglong arang di bawah naungan Koperasi Silva Selatpanjang terus saja beroperasi. Ironisnya masyarakat mau saja menjual hutan (bakau) dengan harga lebih murah dibandingkan dengan harga pisang goreng yaitu Rp 50,00 perkilo.

Sepertinya masyarakat tidak menyadari ancaman yang mereka hadapi dikemudian hari, padahal efek nyata sudah bisa dilihat dan dirasakan masyarakat itu sendiri, dengan cukup tingginya abrasi yang membuat berkurangnya jumlah daratan di Pulau Rangsang dan berkurangnya hasil tangkapan ikan.

Mungkin saat ini kita merasa tidak terganggu dengan keadaan lingkungan seperti ini, tapi bagaimana nasib anak cucu kita kelak bila hal ini terus berlangsung. Akan adakah pulau Tebing Tinggi dan Rangsang di peta Indonesia? Atau adakah pulau Rangsang sebagai pelindung kota Selatpanjang dari terpaan angin puting beliung dan penahan terjangan ombak Selat Malaka?

Kalau saja aku bisa berbuat seperti Jimmy dan Orix, bukan bertemu Duyung yang kuharapkan tetapi keberadaan pulau-pulau yang hijau di perairan Selat Air Hitam.

Saturday, December 06, 2008

Pohon Sene

Bila anda berasal dari Selatpanjang ataupun pernah menetap di Selatpanjang, pasti tahu pohon Sene (sejenis beringin) yang tumbuh rindang di pemakaman umum jalan Kesehatan. Pohon yang tingginya mencapai ratusan meter ini, bisa dilihat dari kejauhan atau begitu memasuki perairan Selat Air Hitam. Dengan diameter batangnya besar, dan tingginya mencapai ratusan meter, diperkirakan pohon Sene tersebut sudah berusia ratusan tahun. Namun, sekarang kita tidak bisa lagi melihat pohon Sene tersebut.

Hari Jum'at, 14 Nopember 2008, pohon Sene sengaja ditebang oleh pemerintah setempat, karena sudah beberapa kali dahannya patah dan jatuh ditengah-tengah jalan. Hal ini sering terjadi bila pada musim hujan dan ada angin kencang. Khawatir akan membahayakan masyarakat yang melintasi jalan di bawah pohon Sene, maka diupayakan untuk menebang pohon Sene tersebut.


Ada kisah misteri seputar pohon tersebut. Dari cerita yang saya dengar, pihak pemerintah sudah lama ingin melakukan penebangan pohon tersebut, namun banyak orang yang tidak sanggup melakukannya karena pohon tersebut punya penunggu.

Pada hari penebangan, sebelumnya diadakan ritual pemotongan kambing, yang kepala kambingnya di tanam dibawah pohon tersebut. Setelah itu baru lakukan penebangan pohon. Namun saat melakukan pemotongan dahan besar terakhir, para pekerja menemukan masalah. Meskipun dahannya sudah terputus dipotong menggunakan senso, namun dahan tersebut tidak tumbang ataupun jatuh. Penebang pohon tersebut melaporkan kepada pemimpinnya, kemudian pemimpin penebangan yang berada di bawah mengambil segenggam tanah dan melemparkan ke atas, dengan tiba-tiba dahan tersebut jatuh. Diduga, dahan tersebut tidak jatuh karena penunggu pohon tersebut masih ada.

Kini pohon Sene yang rindang tersebut hanya tinggal cerita saja. Cerita tempat pemuda Dipon dan Pasarbaru tidur-tiduran disiang hari pada saat Ramadhan. Dan cerita-cerita misteri seputar pohon tersebut.


Testemonial

Seorang tukang becak pada siang hari pernah membawa seorang penumpang perempuan yang minta diberhentikan di bawah pohon tersebut. Namun dengan sekelip mata perempuan tersebut menghilang.

Tukang ojek dan penumpangnya melihat seorang perempuan berpakaian putih sedang menabur bunga di sebuah kuburan yang berada di bawah pohon tersebut.

Budi, saat hendak pulang pada tengah malam setelah pohon tersebut ditebang, ia melihat beberapa anak kecil bermain di sekitar pohon Sene. Saat itu hujan gerimis, Budi ingin menghampiri anak-anak kecil tersebut namun sempat ia berpikir bahwa tidak mungkin ada anak-anak bermain ditengah malam dan saat gerimis. Keesokan paginya para penduduk yang tinggal di sekitar tersebut, mendengar suara anak-anak ditengah malam hari.




PeTuaH

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan