Kecurangan UN oleh Guru SMAN 1 Selatpanjang
Dunia pendidikan Indonesia tercoreng dengan ditemukannya sejumlah kecurangan dalam Ujian Nasional (UN) yang dilakukan para guru. Salah satu kecurangan tersebut terjadi di kota Selatpanjang yang saya cintai yang telah diberitakan salah satu website dengan judul Di Riau Guru Kerjakan UN. Guru dengan sengaja memberikan jawaban kepada siswa-siswanya dengan alasannya, takut siswanya tidak lulus dalam UN karena nilai kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah dirasakan cukup tinggi dan tidak mampu dijangkau oleh siswa.
Layakkah seorang pendidik melakukan hal demikian?
Dengan alasan apapun, tindakan tersebut merupakan sebuah aib bagi dunia pendidikan Indonesia dan tidak pantas dilakukan oleh seorang yang bergelar guru. Lebih jauh lagi, hal tersebut memberikan gambaran guru memberikan pendidikan yang tidak sehat kepada anak didiknya. Kalau sudah begini, mungkinkah orang akan respect terhadap guru?
Sebagai alumni SMA Negeri 1 Selpa (salah satu sekolah yang dikatakan telah melakukan kecurangan itu), tentu saja saya tidak tinggal diam, dan coba mencari tau kebenarannya. Ketika saya tanyakan kepada salah seorang anak dari tetangga yang duduk di kelas 3 SMAN1 Selpa, ternyata, kecurangan tersebut memang terjadi. Selain itu, para guru telah menginstruksikan kepada siswanya untuk tidak belajar menghadapi UN, karena guru siap membantu para siswa dalam menjawab soal UN.
Berbeda informasi yang saya dapatkan dari salah seorang teman wartawan. Katanya, ia ikut mengawasi jalannya UN di SMA tapi kecurangan tidak terjadi. Kepala UPTD Dikpora Kecamatan Tebing Tinggi juga ikut membantah adanya guru yang melakukan kecurangan dalam UN. Sebagai bentuk bantahannya UPTD Dikpora Kecamatan Tebing Tinggi membuat surat pernyataan yang ditandatangani seluruh pengawas dan tim independen yang ikut mengawasi jalannya UN.
Lantas, benarkah telah terjadi kecurangan? Mudah-mudahan jawabannya akan ditemukan seiring berjalannya waktu.