Jangan Cemari Perjuangan Meranti
Ini adalah sambungan dari tulisan saya sebelumnya yaitu Kampanye Kabupaten Meranti Hanya Diramaikan Spanduk. Tulisan kali ini tentu saja masih seputar pembentukan Kabupaten Meranti.
Saat saya menuliskan tulisan ini, beberapa tokoh Meranti dari Selatpanjang sedang berada di Jakarta guna mendesak DPR, DPD, dan pemerintah pusat untuk segera merealisasikan pembentukan Kabupaten Meranti.
Dari informasi yang saya dapat, keberangkatan perwakilan Meranti tersebut disponsori oleh salah seorang calon bupati yang kalah dalam Pilkada Kabupaten Bengkalis tahun 2005 lalu. Herannya, tokoh tersebut bukan berasal dari Selatpanjang maupun Meranti. Tentu ini akan menimbulkan pertanyaan, ada apa dibalik semua ini? Mungkinkah ada unsur balas dendam?
Bila dugaan itu benar, sangat disayangkan perjuangan Kabupaten Meranti yang dilaungkan sejak tahun 1958 dikotori dengan niat balas dendam politik oleh orang yang hanya memanfaatkan situasi demi kepentingan pribadinya. Seharusnya perjuangan Meranti benar-benar murni perjuangan seluruh masyarakat di kepulauan Meranti, bukan atas desakan dari orang luar yang hanya ingin melampiaskan dendamnya semata.
Masyarakat Selatpanjang atau Meranti boleh saja kecewa dengan Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Selama itu Pemkab terkesan lebih mementingkan pembangunan di kota Bengkalis. Sedangkan daerah-daerah kecamatan lain hanya merasakan sedikit pembangunan. Sebut saja pembangunan pelabuhan internasional yang dibangun di kota Bengkalis, tak banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat, terutama masyarakat di luar kota Bengkalis, dan tak banyak pula turis yang singgah. Padahal masyarakat Meranti lebih memerlukan jalan penghubung antar desa, rumah sakit, dan listrik di daerah mereka. Tidak meratanya pembangunan ini, lebih-lebih dirasakan oleh Kecamatan Merbau, meskipun Merbau adalah salah satu daerah penghasil minyak bumi di Kabupaten Bengkalis.
Meskipun demikian, pemekaran atau pembentukan kabupaten harus disikapi dengan arif, bijaksana dan penuh perhitungan. Bukan disikapi dengan gegabah apalagi dicemari dengan dendam politik. Alangkah baiknya jika Selatpanjang atau Kepulauan Meranti membenahi segala infrastruktur yang belum tersedia. Dan mendesak Pemkab Bengkalis untuk segera melaksanakan pembangunan infrastruktur di desa-desa yang masih jauh tertinggal. Tentu saja ini memerlukan waktu yang cukup lama, namun jika seluruh komponen masyarakat Meranti punya niat untuk membangun daerahnya, dalam waktu 5 tahun segala cita-cita pembentukan kabupaten akan terwujud.
Saya khawatir jika pembentukan kabupaten Meranti dilaksanakan dalam waktu dekat ini, akan menyesengsarakan masyarakat. Perubahan status wilayah dari kecamatan menjadi kabupaten tentu saja akan membuat tarif pajak dan retribusi akan naik, belum lagi ulah pengusaha yang seenaknya menaikkan harga barang. Apakah masyarakat sudah siap menerima ini?
Dan yang lebih penting lagi masalah listrik di Selatpanjang yang hidup enggan, mati pun segan. Listrik di Selatpanjang yang disuplai oleh PLN dan BUMD Kabupaten Bengkalis sedang mengalami masalah kerusakan mesin yang menyebabkan pemadaman. PLN pun tidak mampu mengatasi masalah tersebut dan hanya menunggu bantuan Pemkab Bengkalis. Bagaimana jika nantinya Selatpanjang lepas dari Kabupaten Bengkalis? Apakah serta merta masalah listrik di Selatpanjang langsung teratasi?
Saya heran, mengapa semua tokoh pejuang pembentukan Kabupaten Meranti – terutama yang berasal dari Selatpanjang – terlalu sibuk menghitung jumlah PAD dari kabupaten Meranti, tapi mereka sekalipun tak pernah menghitung kerugian dan penderitaan masyarakat akibat dari kelangkaan minyak tanah, naiknya harga beras dan pemadaman listrik. Anehnya lagi, mereka malah sibuk bagi-bagi jabatan di kabupaten Meranti nantinya, menunjuk si A sebagai bupati, si B kacab dinas ini dan itu. Sangat disayangkan, perjuangan Meranti tidak lagi memikirkan kesejahteraan masyarakat, tapi hanya untuk kepuasan mendapat jabatan dan kekuasaan.
Saya setuju dengan pembentukan kabupaten Meranti, tapi jangan cemari perjuangan ini dengan balas dendam dan ketamakan untuk mendapatkan kekuasaan.
Menurut saya, mencari solusi untuk mengatasi berbagai krisis yang sedang melanda negeri Selatpanjang, itulah yang lebih utama harus diperjuangkan.
Saat saya menuliskan tulisan ini, beberapa tokoh Meranti dari Selatpanjang sedang berada di Jakarta guna mendesak DPR, DPD, dan pemerintah pusat untuk segera merealisasikan pembentukan Kabupaten Meranti.
Dari informasi yang saya dapat, keberangkatan perwakilan Meranti tersebut disponsori oleh salah seorang calon bupati yang kalah dalam Pilkada Kabupaten Bengkalis tahun 2005 lalu. Herannya, tokoh tersebut bukan berasal dari Selatpanjang maupun Meranti. Tentu ini akan menimbulkan pertanyaan, ada apa dibalik semua ini? Mungkinkah ada unsur balas dendam?
Bila dugaan itu benar, sangat disayangkan perjuangan Kabupaten Meranti yang dilaungkan sejak tahun 1958 dikotori dengan niat balas dendam politik oleh orang yang hanya memanfaatkan situasi demi kepentingan pribadinya. Seharusnya perjuangan Meranti benar-benar murni perjuangan seluruh masyarakat di kepulauan Meranti, bukan atas desakan dari orang luar yang hanya ingin melampiaskan dendamnya semata.
Masyarakat Selatpanjang atau Meranti boleh saja kecewa dengan Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Selama itu Pemkab terkesan lebih mementingkan pembangunan di kota Bengkalis. Sedangkan daerah-daerah kecamatan lain hanya merasakan sedikit pembangunan. Sebut saja pembangunan pelabuhan internasional yang dibangun di kota Bengkalis, tak banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat, terutama masyarakat di luar kota Bengkalis, dan tak banyak pula turis yang singgah. Padahal masyarakat Meranti lebih memerlukan jalan penghubung antar desa, rumah sakit, dan listrik di daerah mereka. Tidak meratanya pembangunan ini, lebih-lebih dirasakan oleh Kecamatan Merbau, meskipun Merbau adalah salah satu daerah penghasil minyak bumi di Kabupaten Bengkalis.
Meskipun demikian, pemekaran atau pembentukan kabupaten harus disikapi dengan arif, bijaksana dan penuh perhitungan. Bukan disikapi dengan gegabah apalagi dicemari dengan dendam politik. Alangkah baiknya jika Selatpanjang atau Kepulauan Meranti membenahi segala infrastruktur yang belum tersedia. Dan mendesak Pemkab Bengkalis untuk segera melaksanakan pembangunan infrastruktur di desa-desa yang masih jauh tertinggal. Tentu saja ini memerlukan waktu yang cukup lama, namun jika seluruh komponen masyarakat Meranti punya niat untuk membangun daerahnya, dalam waktu 5 tahun segala cita-cita pembentukan kabupaten akan terwujud.
Saya khawatir jika pembentukan kabupaten Meranti dilaksanakan dalam waktu dekat ini, akan menyesengsarakan masyarakat. Perubahan status wilayah dari kecamatan menjadi kabupaten tentu saja akan membuat tarif pajak dan retribusi akan naik, belum lagi ulah pengusaha yang seenaknya menaikkan harga barang. Apakah masyarakat sudah siap menerima ini?
Dan yang lebih penting lagi masalah listrik di Selatpanjang yang hidup enggan, mati pun segan. Listrik di Selatpanjang yang disuplai oleh PLN dan BUMD Kabupaten Bengkalis sedang mengalami masalah kerusakan mesin yang menyebabkan pemadaman. PLN pun tidak mampu mengatasi masalah tersebut dan hanya menunggu bantuan Pemkab Bengkalis. Bagaimana jika nantinya Selatpanjang lepas dari Kabupaten Bengkalis? Apakah serta merta masalah listrik di Selatpanjang langsung teratasi?
Saya heran, mengapa semua tokoh pejuang pembentukan Kabupaten Meranti – terutama yang berasal dari Selatpanjang – terlalu sibuk menghitung jumlah PAD dari kabupaten Meranti, tapi mereka sekalipun tak pernah menghitung kerugian dan penderitaan masyarakat akibat dari kelangkaan minyak tanah, naiknya harga beras dan pemadaman listrik. Anehnya lagi, mereka malah sibuk bagi-bagi jabatan di kabupaten Meranti nantinya, menunjuk si A sebagai bupati, si B kacab dinas ini dan itu. Sangat disayangkan, perjuangan Meranti tidak lagi memikirkan kesejahteraan masyarakat, tapi hanya untuk kepuasan mendapat jabatan dan kekuasaan.
Saya setuju dengan pembentukan kabupaten Meranti, tapi jangan cemari perjuangan ini dengan balas dendam dan ketamakan untuk mendapatkan kekuasaan.
Menurut saya, mencari solusi untuk mengatasi berbagai krisis yang sedang melanda negeri Selatpanjang, itulah yang lebih utama harus diperjuangkan.